Rabu, 29 Desember 2010

MENUAI BERKAH LEWAT PNPM-MPd PABBARESSENG

Talud Pabbaresseng
AdSense


Luwu INTI BERITA, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) sebagai salah satu program yang dinilai berhasil dilaksanakan di dimasyarakat saat ini, memiliki bukti yang kuat dan tak dapat dipungkiri. Keberhasilan PNPM-MPd ditandai dengan keterlibatan masyarakat dalam mengambil keputusan sampai dengan mengawasi dan mengevaluasi  kegiatan.  Hal tersebut terlihat pada saat Musyawarah Desa Pertanggungjawaban (MDPJ) pembuatan Talud di Desa Pabbaresseng Kecamatan Bua (Sabtu, 18 Desember 2010) yang dihadiri oleh para pelaku PNPM-MPd Kecamatan Bua  dan Kepala Desa Pabbaresseng bersama Masyarakat berbagai unsur.
Dalam Kesempatan tersebut Kepala Desa Pabbaresseng, M. Daming, A. Ma mengajak kepada   masyarakat agar senantiasa memelihara sarana jalan yang telah dilaksanakan lewat Pintu PNPM-MPd, karena jalan tersebut merupakan lalu lintas antar desa. Beliau juga berterima kasih kepada masyarakat yang telah memberikan partisipasi dan sumbangsihnya dalam bentuk swadaya sehingga pekerjaan Talud dapat terlaksana.  
                Menurut Ketua TPK Amran walaupun dilanda  empat kali banjir yang sempat menghanyutkan material seperti Pasir dan runtuhnya sebagian pondasi, tetapi dengan usaha dan kerja keras  bersama KPMD dan Pemerintah setempat masalah tersebut dapat ditanggulangi, jelasnya dalam penyampaian laporan pertanggungjawaban.
Sesuai dengan rencana dan desain RAB volume kegiatan  1.482 meter dengan anggaran Rp. 228.482.000 kini memasuki tahap akhir kegiatan. Dengan anggaran tersebut ketua TPK Amran telah menambah volume kegiatan, “kami menambah panjang menjadi 1.560 meter dan lebar jalan yang dulunya rata-rata 4,5 meter sekarang kami tambah menjadi 6 bahkan ada sampai 7 meter, ini tak lepas dari partisipasi dan swadaya masyarakat, sehingga Pembuatan Talud oleh masyarakat telah menuai hasil” jelasnya. 
Menurutnya Jalan yang sedang ditalud tersebut perlu diprlebar karena merupakan akses yang menghubungkan dua desa yaitu desa Pammesakang “Desa kami berdekatan dengan bandara laga-Ligo Bua yang jaraknya hanya 600 meter, untuk itu perlu memikirkan kedepan keberlanjutan aksesibilitas yang bermanfaat , berdaya guna, dan berkelanjutan serta bersinergi dengan program pembangunan pemerintah lainnya yang dapat saling menunjang” ungkapnya.
 “Hasil tambak yang biasanya saya angkut dengan kendaraan roda empat pada dinihari sudah  tidak repot lagi bila bertemu dengan mobil karena jalan sudah lebar” ungkap Irpan salah seorang petani Tambak di Pabbaresseng.
Begitupula dengan Anco salah seorang Petani Sawah dari desa Padang Kalua merasa senang dengan pelebaran dan penimbunan jalan sehingga tidak repot lagi mengangkut hasil panen ”Biasanya kalau ketemu dengan Mobil 4 Roda harus mundur dulu cari tempat agak lebar” jelasnya.
Kepala Desa Pabbaresseng M. Daming didampingi Ketua TPK Muh.Amran Amir, S.Hut (Kanan) dan Fasiliator Tekhnik PNPM-MPd Kasmawati L, ST (Kiri)
 

Minggu, 26 Desember 2010

Masih Banyak Warga Belum Memakai Gas LPG 3 Kg


Luwu, Pembagian Tabung Gas LPG 3 Kilogram bagi masyarakat miskin, hingga saat ini masih banyak yang belum terpakai. Ini diketahui ketika dilakukan sosialisasi penggunaan LPG 3 Kilogram di Kecamatan Bua bulan Lalu, sejumlah masyarakat dibeberapa desa di kabupaten Luwu menyampaikan pada penyuluh saat diadakan sosialisasi penggunaan gas LPG 3 kg, “laporan masyarakat menyebutkan bahwa ada yang menyimpan bahkan menjual dan menukar dengan beras” ungkap Irwan Hamka yang didampingi Amran Amir usai mengadakan penyuluhan di  Desa Posi Kecamatan Bua. 

Sedangkan di Bukit Harapan masyarakat yang sebelumnya enggan menggunakan kompor gas tersebut kini mulaimenggunakannya kembali, “Untungnya ada sosialisasi seperti ini jadi kami sudah faham dan dapat menggunakannya, karena selama ini kami takut kalu kompor itu bisa meledak, dan seharusnya jauh sebelumnya sebelum dilakukan Pembagian sudah dilakukan sosialisasi semacam ini ” ungkap Gau Andi Tadda saat diadakan sosialisasi dI desa Bukit Harapan Kecamatan Bua. 

Salah satu penyebab sampai masyarakat enggan menggunakan Kompor Gas 3 Kilogram karena selang yang dibagi dianggap kurang bagus, ini dipicu oleh adanya oknum penyalur yang mengharuskan mengganti  selang “ kami diharuskan mengganti regulator dan selang yang harganya sampai tiga ratus ribu rupiah, karenanya kami tidak memakai kompor gas pembagian, takut kalau terjadi ledakan, untuk sementara kompor tersebut kami simpan saja.” Ungkap warga di desa Bukit Harapan dalam acara sosialisasi penggunaan gas LPG 3 kg. 

Ungkapan warga tersebut dijelaskan oleh Irwan Hamka bahwasanya masyarakat jangan ragu menggunakan kompor dan peralatan LPG 3 Kg seperti selang dan Regulator sepanjang masih utuh dan menggunakan sertifikat SNI. Beliau mengharapkan agar masyarakat senantiasa melakukan sesuai dengan perintah 3 cek yang telah disampaikan yaitu cek peralatan dan logo SNI, Cek Bau Gas dan  Cek Perawatan secara rutin.